Sesat artinya: Tidak melalui jalan yang benar, salah jalan. Orang yang sesat memerlukan suatua arahan, petunjuk dan bimbingan untuk kembali kejalan yang benar. tapi, bagaimana dengan orang yang ada dalam jalan yang benar namun mencoba berbalik ke jalan yang salah?
I Korintus 15:33
"Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."
Jemaat Korintus telah menerima Injil keselamatan yang diberitakan. Anugerah yang diterima bukannya membawa kepada pertumbuhan karakter menyerupai Kristus, namun sebaliknya saat ajaran palsu masuk dan menyampaikan tentang "tidak ada kebangkitan orang mati" maka timbul keraguan dari jemaat Korintus ini.
Rasul Paulus dengan tegas mengatakan: "kalau orang mati tidak dibangkitkan, maka marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati." Orang Kristen percaya kepada kebangkitan karena itulah yang menjadi dasar harapan kita. Kita percaya bahwa tubuh jesmani ini akan mati, tetapi akan dibangkitkan dengan tubuh kemuliaan. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus untuk tidak sesat dalam pengertian akan kebenaran, menjadi sia-sia pemberitaan Paulus kalau akhirnya mereka percaya kepada ajaran palsu yang demikian.
Umat Kristen di era post modern ini, perlu waspada dalam menghadapi setiap ajaran. semua ajaran baik, namun belum tentu ajaran sejati dari kebenaran Alkitab.
.
Wednesday, October 9, 2013
Saturday, February 9, 2013
Memberi Dengan Tulus Part II
(Lukas 14:13)
“Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.”
Ketika merayakan suatu perayaan
istimewa, kita cenderung akan mengundang orang-orang penting, kerabat
dekat, dan orang-orang yang kita anggap spesial. Pernahkah kita berfikir
untuk mengundang anak jalanan yang belum tentu sehari mereka bisa makan
seperti yang kita rasakan sekarang? Sebenarnya apa motivasi kita
mengundang orang-orang yang kita lihat berada dan terpandang?
Menurut Injil Lukas, Yesus mengingatkan kita dengan keras bahwa
ketika kita mengadakan perjamuan jangan mengundang mereka yang mampu
membalas undanganmu nanti, tetapi undanglah mereka yang tidak mampu
membalasnya. Biasanya perjamuan dilakukan dengan mengundang kerabat
untuk diajak makan bersama sampai puas. Undangan perjamuan juga
diberikan kepada mereka yang juga pernah mengundangnya. Jadi ada suatu
hubungan timbal balik dan saling membalas di antara yang mengundang dan
yang diundang. Yesus datang dengan memunculkan tradisi yang sama sekali
berbeda! Dia dengan tegas mengatakan, undanglah orang-orang miskin,
orang cacat, orang lumpuh, dan orang buta.Maksudnya adalah, ketika kita
memiliki kebahagiaan bagikanlah kebahagiaan itu kepada orang-orang yang
belum pernah merasakan kebahagiaan, kepada orang-orang yang terhina
dalam masyarakat, dan orang-orang yang selama ini kurang diperhatikan.
Hal ini sebagai bukti bahwa pemberian kita itu dilakukan atas dasar
tulus iklas dan tidak mengharapkan balasan.
“Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.”
Ketika merayakan suatu perayaan
istimewa, kita cenderung akan mengundang orang-orang penting, kerabat
dekat, dan orang-orang yang kita anggap spesial. Pernahkah kita berfikir
untuk mengundang anak jalanan yang belum tentu sehari mereka bisa makan
seperti yang kita rasakan sekarang? Sebenarnya apa motivasi kita
mengundang orang-orang yang kita lihat berada dan terpandang?
Menurut Injil Lukas, Yesus mengingatkan kita dengan keras bahwa
ketika kita mengadakan perjamuan jangan mengundang mereka yang mampu
membalas undanganmu nanti, tetapi undanglah mereka yang tidak mampu
membalasnya. Biasanya perjamuan dilakukan dengan mengundang kerabat
untuk diajak makan bersama sampai puas. Undangan perjamuan juga
diberikan kepada mereka yang juga pernah mengundangnya. Jadi ada suatu
hubungan timbal balik dan saling membalas di antara yang mengundang dan
yang diundang. Yesus datang dengan memunculkan tradisi yang sama sekali
berbeda! Dia dengan tegas mengatakan, undanglah orang-orang miskin,
orang cacat, orang lumpuh, dan orang buta.Maksudnya adalah, ketika kita
memiliki kebahagiaan bagikanlah kebahagiaan itu kepada orang-orang yang
belum pernah merasakan kebahagiaan, kepada orang-orang yang terhina
dalam masyarakat, dan orang-orang yang selama ini kurang diperhatikan.
Hal ini sebagai bukti bahwa pemberian kita itu dilakukan atas dasar
tulus iklas dan tidak mengharapkan balasan.
Sering kali motivasi kita melakukan
sesuatu adalah untuk mencari keuntungan sendiri bukan? Ketika menolong
atau memberi kepada orang lain, kita berharap untuk juga ditolong dan
diberi. Firman Tuhan memperingatkan, berilah kepada orang yang tidak
mampu membalasnya kepada kita maka kita akan menerima balasan dari
Tuhan. Selamat memberi dengan tulus.
Pokok Doa:
Ya Tuhan, kiranya kami dapat memiliki motivasi yang benar dalam memberi,
sehingga kami dapat memberi dengan tulus hati dan tidak mengharapkan
imbalan. Amin.
Ya Tuhan, kiranya kami dapat memiliki motivasi yang benar dalam memberi, sehingga kami dapat memberi dengan tulus hati dan tidak mengharapkan imbalan. Amin.
Wednesday, January 16, 2013
NABI YUNUS
Pertobatan Niniwe dan Kemarahan Yunus (Yunus 3 & 4)
Study By: Bob Deffinbaugh
From the Series:
Tidak ada lagi “Mr. Nice Guy”
Pendahuluan
Dulu kami memiliki kucing siam yang sangat berani.
Pemilik tanah kami memiliki seekor burro bernama HeHaw padang rumput
disebelah rumah kami. HeHaw sedang hamil, yang membuat dia lebih cepat
marah dari sebelumnya. Suatu hari ketika ketika kita melewati kandang
untuk melihat HeHaw, kucing kami ikut. Payahnya, kucing itu mulai
mendekati burro itu. Burro melihat menakuti kucing itu, tapi baik
Jeannette atau saya tidak berniat mengambil kucing kami, jadi kita tetap
berharap hal itu tidak apa-apa daripada memusuhi binatang itu. Hal yang
tidak diinginkan terjadi, kucing itu melewati batasan yang ditentukan
oleh burro. Dengan satu tendangan cepat, kucing itu terbang diudara dan
mendarat dalam jarak yang jauh. Dia bangun menggoyang kepalanya, telah
belajar kalau burros itu tida tertarik dengan kucing, sekuat apapun dan
seberani apapun dia.
Saat saya membaca pasal 3 dan 4 kitab Yunus, saya
mendapat perasaan yang sama ketika kucing kami menggoda HeHaw. Yunus,
seperti kucing kami, dengan keras kepala menyerang Tuhan dalam pasal 4.
Dia sangat serius melanggar batasan. Saat kita membaca pasal ini kita
mengetahui bahwa Yunus akan mendapatkan perkataan yang terkenal dari
Tuhan. Dan kita tidak bisa memberikan banyak simpati baginya jika hal
ini terjadi.
Cukup aneh, Yunus tidak dihajar, walaupun dia layak
untuk itu. Kitab berakhir dengan teguran yang menggantung, membuat
pembaca merasa tidak nyaman. Kitab ini tidak membuat kita menjadi
nyaman, seperti kita inginkan. Kitab ini tidak dimulai dengan “suatu
saat…” juga tidak dengan akhir yang bahagia “hidup bahagia selamanya.”
Ketidaknyamanan kita akan akhir kitab ini
direncanakan. Tuhan tidak menghendaki kita nyaman, karena pertobatan dan
perubahan sering hasil dari kenyamanan kita. Pertanyaannya, “apa yang
membuat kita nyaman?” pasal dan 4 menunjukan dosa yang sangat serius
dari Yunus, yang sering terjadi sekarang ini. Mari kita memperhatikan
dengan seksama portes Yunus dan penyelidikan Tuhan sebagai penutup
pelajaran kita akan Kitab Yunus.
Structure dan Setting Tulisan
Tahapan peristiwa dalam 2 pasal terakhir telah
diatur dalam 2 pasal awal kitab ini. Dalam pasal 1 Yunus diperintahkan
Tuhan pergi keNiniwe, disitu dia harus menangis karena besarnya dosa
kota itu. Sebaliknya Yunus pergi kepelabuhan diYopa untuk keTarsis,
dipantai Spanyol. Yunus pergi kearah yang berlawanan!
Ketidaktaatan Yunus menghasilkan badai, yang hampir
menghancurkan kapal, dan menakutkan seluruh pelaut sampai mereka
memanggil tuhan mereka untuk menyelamatkan mereka. Saat yang sama,
mereka membuang semua barang. Menemukan Yunus tidur terlelap dibawah
kapal, kapten kapal menyuruh dia berdoa (yang tidak dilakukannya). Atas
inisiatif pelaut, undi dilakukan untuk menentukan siapa yang menyebabkan
hal ini. Melalui desakan dan interogasi, Yunus mengatakan kesalahannya
dan untuk menyelamatkan mereka – dia harus dibuang keluar. Hanya setelah
Tuhan menggagalkan usaha mereka untuk membawa Yunus kepantai baru
melakukan hal itu. Mereka memulai tindakan ini dengan doa yang
menunjukan perhatian mereka dalam membunuh orang tidak bersalah. Saat
Yunus dibuang, laut menjadi tenang dan pelaut memuji Tuhan Israel dengan
korban dan sumpah. Jika pasal ini ingin menunjukan sesuatu maka yang
ditunjukan adalah perbedaan yang dramatis antara pelaut dan Yunus. Dia
tidak taat pada perintah Tuhan; mereka taat pada apa yang Tuhan suruh
melalui Yunus. Mereka terus berdoa dengan sungguh-sungguh, Yunus tidak.
Mereka memiliki belas kasih terhadap Yunus; sedangkan Yunus seperti
tidak memiliki sama sekali hal itu.
Pasal 2 menuliskan mazmur Yunus. Bentuk puisi dan
terminology dalam mazmur Yunus sangat mirip dengan Kitab Mazmur. Dalam
teologi dan penekanannya, mazmur Yunus jauh dari pola Alkitab dan
idealnya. Mazmur Yunus berpusat pada diri, berfokus pada masalah diri,
bahaya dan keselamatannya, daripada Tuhan yang mengijinkan dia hidup.
Hal yang paling mengecewakan adalah tidak ada pertobatan dari pihak
Yunus. Dalam mazmur ini ada bukti pandangan rendah terhadap nonYahudi
dan tanda merasa benar sendiri dalam “pujian” Yunus. Maka dari itu,
ketika Yunus memuliakan Tuhan atas keselamatan fisiknya, Tuhan
memerintahkan ikan besar itu memuntahkannya kepantai.
Dalam pasal 3 dan 4, kesalehan tidak terlihat lagi
dalam diri sang nabi. Inilah alasan judul saya diatas: “No More Mr. Nice
Guy.” Dalam pasal 1&2, dosa Yunus terlihat, tapi masih terlihat
tersembunyi dan pasif. Semua perubahan ini ada dalam pasal 3&4,
karena saat Yunus berseru dan berkotbah Mimiwe bertobat sehingga Yunus
marah dan keberdosaannya terlihat. Dalam pasal 1, Yunus hanya melarikan
diri dari pelayanan terhadap Tuhan, tapi dalam pasal 4 Yunus menyerang
Tuhan, berkeras kalau dia benar untuk marah kepada Tuhan. Dalam pasal 2,
Yunus berdoa agar Tuhan menyelamatkan hidupnya, tapi dalam pasal 4,
Yunus berdoa agar Tuhan mengambil nyawanya. Hal itu sangat berbeda.
Pada titik kritis inilah cerita kita dimulai.
Perkataan pertama kepada Yunus sebenarnya pengulangan dari perintah yang
diberikanNya sebelum badai dan pemenjaraan dalam ikan. Kita melihat
kotbah Yunus di Niniwe, dan pertobatan dramatis seluruh kota, bersama
dengan melembutnya Tuhan dari murkanya melalui Yunus.
Dalam pasal 4 Yunus menyatakan alasan
pemberontakannya melawan perintah Tuhan untuk berkotbah diNiniwe.
Peristiwa dalam pasal ini ditujukan untuk menunjukan dosa Yunus.
Sementara dosa nabi yang tidak taat ini menjadi nyata pada pembaca,
semua itu kelihatannya tidak berdampak pada Yunus, dan cerita ini
berakhir dalam keadaan menggantung, melalui perkataan teguran terakhir
Tuhan menggantung diudara, dan Yunus tetap marah pada Tuhannya.
Kotbah Yunus dan Pertobatan Nineveh
(3:1-9)
1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua
kalinya, demikian: 2 Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu,
dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu.3
Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah.
Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari
perjalanan luasnya. 4 Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari
perjalanan jauhnya, lalu berseru: Empat puluh hari lagi, maka Niniwe
akan ditunggangbalikkan.
5 Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka
mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak,
mengenakan kain kabung. 6 Setelah sampai kabar itu kepada raja kota
Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya,
diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. 7 Lalu atas
perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di
Niniwe demikian: Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak
boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air.
8 Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan
berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik
dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. 9
Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling
dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.
Untuk kedua kalinya “Firman Tuhan” datang kepada
Yunus: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan
sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu. (vs. 2). Itu
bukan perintah baru yang diberikan pada Yunus, tapi pengulangan perintah
dalam pasal 1. Kali ini Yunus taat, tidak dengan sukacita atau perilaku
yang layak, tapi setidaknya Yunus pergi keNiniwe.
Populasi Niniwe, sangat besar (cf. 1:2; 3:2; 4:11).
Kita juga tahu kalau kota itu ukurannya sangat besar. Kota itu
digambarkan dikelilingi “dalam 3 hari perjalanan” (3:3). Sejarah secular
memiliki latar belakang lebih mengenai kota Niniwe, ibukota Assyria.
Pesan Yunus sederhana, langsung, dan menakutkan: Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan. (3:4).16
Seperti pelaut dalam pasal 1, orang Niniwe
menganggap serius perkataan ini sebagai penghakiman ilahi. Kita melihat
“mereka percaya pada Tuhan” (3:5), yang menfokuskan pada iman nonYahudi
pada Tuhan orang Yahudi, tidak hanya pada ketakutan mereka akan
penghukuman. Bagi saya ada kebangkitan yang dihasilkan oleh proklamasi
Yunus. Kebangkitan ini dimulai dari bawah keatas daripada atas kebawah.
Orang-orang percaya Tuhan. Mereka berpuasa dan memakai pakaian berkabung
(3:5). Responnya serentak, dari bawah keatas.
Saat perkataan ini sampai pada raja, pertobatan kota
sudah berjalan, tapi karena peringatan Yunus dipercayai raja, dia
memerintahkan hal yang sama untuk seluruh kota untuk bertobat. Dia
secara pribadi bertobat (3:6). Raja membuat proklamasi agar semua orang
Niniwe berpuasa dan tidak minum air (3:7). Baik manusia dan binatang
memakai pakaian berkabung, dan semua orang berseru pada Tuhan bertobat
dari perbuatan mereka yang salah (3:8).
Secara khusus menarik untuk diperhatikan adalah
tidak perlu diberitahu kesalahan mereka. Tentu saja, Yunus sudah
menjelaskan pada orang-orang, tapi kelihatannya tidak perlu adanya
klarifikasi kembali. Masalahnya bukan pada kurangnya pengetahuan akan
apa yang Tuhan tidak suka atau dosa, tapi kurangnya keinginan untuk
tidak melakukannya. Masalahnya bukan informasi, tapi motivasi.
Saya percaya jika bangsa kita menerima perkataan penghukuman Tuhan,
kita tidak mendapat kesulitan menentukan apa yang kita lakukan itu dosa
atau tidak.
Jika orang Niniwe hanya memiliki 40 hari, kenapa
mereka berhenti berdosa? Seseorang mungkin mengira bahwa mereka
melakukan itu karena perkataan, “makan, minum, bergembira, karena besok
(atau 40 hari) kita akan mati.” Motivasi orang Niniwe meninggalkan
kejahatan mereka digambarkan dalam ayat 9: “Siapa tahu, mungkin Allah
akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang
bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa” (3:9).
Sebagian orang merasa terganggu dengan Tuhan
menyesal, yaitu mengubah pikiranNya menghancurkan Niniwe. Saya tekankan
sekali lagi Yunus juga menginginkan itu (4:2), dan orang Niniwe berharap
seperti itu (3:9). Jika Tuhan bermaksud menghancurkan Niniwe, kenapa
Dia mengumumkannya kepada mereka ? Pengumuman atas Niniwe melalui Yunus
bukan janji suatu akan terjadi tapi suatu peringatan. Orang Niniwe
dengan tepat mengerti perkataan Yunus, saat mereka bertobat. Hal ini
sesuai dengan perkataan Tuhan dalam Kitab Yeremia:
Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya:
Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti
tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh,
seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di
tangan-Ku, hai kaum Israel! Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa
dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan
membinasakannya. Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku
berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku,
bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap
mereka. Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang
suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka. Tetapi
apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mata-Ku dan tidak
mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak
mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka. Sebab itu,
katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Beginilah
firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang menyiapkan malapetaka
terhadap kamu dan merancangkan rencana terhadap kamu. Baiklah kamu
masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan
perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu! (Jeremiah 18:5-11, emphasis mine).
Janji berkat Tuhan bergantung pada ketaatan manusia,
dan penghukuman Tuhan dielakan dengan pertobatan. Orang Niniwe berharap
dan juga Yunus agar Tuhan memalingkan hal itu atas prinsip diatas.
Pertobatan Nineveh, Penyesalan Tuhan, dan Kemarahan Yunus
(3:10–4:11)
10 Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni
bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka
menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap
mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.
1 Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu
marahlah ia. 2 Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: Ya TUHAN,
bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah
sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu,
bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar
dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang
hendak didatangkan-Nya. 3 Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya
nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup. 4 Tetapi firman
TUHAN: Layakkah engkau marah?
5 Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal
di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di
bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu. 6 Lalu
atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui
kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan
hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu. 7 Tetapi
keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah
datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. 8
Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah
angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala
Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: Lebih
baiklah aku mati dari pada hidup.
9 Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: Layakkah
engkau marah karena pohon jarak itu? Jawabnya: Selayaknyalah aku marah
sampai mati. 10 Lalu Allah berfirman: Engkau sayang kepada pohon jarak
itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak
engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu
malam pula. 11 Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang
besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang,
yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan
ternaknya yang banyak?
Tuhan memperhatikan pertobatan Niniwe, yang lebih
daripada kata-kata atau bukti sikap. Ayat 10 tidak mengatakan pada kita
Tuhan mengindahkan perkataan Niniwe atau menghargai pakaian berkabung
dan debu mereka, tapi Dia memperhatikan kemauan dan perbuatan mereka
sudah berubah, mereka “berbalik dari perbuatan mereka yang jahat.”
Itulah pertobatan yang sungguh-sungguh. Tidak hanya perkataan penyesalan
yang sudah biasa, “saya minta maaf” tapi perubahan perilaku menunjukan
perubahan hati yang murni. Niniwe benar-benar bertobat dari perbuatannya
yang jahat dan Tuhan memalingkan kehancuran yang direncanakanNya.
Penting untuk diingat bahwa kita tidak diberikan penjelasan tentang pertobatan orang Niniwe yang cepat, menyeluruh dan sungguh-sungguh. Mungkin
para pelaut sudah mendahului Yunus, dan memberikan laporan mujizat yang
terjadi. Kehadiran Yunus, membuktikan tanda yang besar bagi orang
Niniwe. Mungkin ada peristiwa lain yang mempersiapkan orang Niniwe bagi
pertobatan mereka,17 tapi tidak banyak disebut. Tentu saja tidak adanya laporan itu untuk mendramatisir pertobatan diibukita Assyrian.
Petunjuk Tuhan terhadap pertobatan orang Niniwe bersifat informative, dan meneguhkan penyelidikan kita:
Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan
orang Farisi kepada Yesus: Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari
pada-Mu. Tetapi jawab-Nya kepada mereka: Angkatan yang jahat dan tidak
setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan
diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti YUNUS TINGGAL DI
DALAM PERUT IKAN TIGA HARI TIGA MALAM, DEMIKIAN JUGA ANAK MANUSIA AKAN
TINGGAL DI DALAM RAHIM BUMI TIGA HARI TIGA MALAM. Pada waktu
penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan
menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah
mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih
dari pada Yunus! (Matthew 12:38-41).
Permintaan orang Farisi untuk tanda dari Tuhan kita,
membuat Tuhan membuka kita Yunus, dimana 2 pelajaran bisa diambil. Hal
pertama, Yesus menjanjikan satu tanda akhir yang mirip dengan nabi
Yunus. Seperti Yunus ada diperut ikan 3 hari dan 3 malam, Yesus ada
diperut bumi dalam periode yang sama. Kebangkitan Yesus akan menjadi
tanda bagi Israel, seperti Yunus keluar dari perut ikan adalah suatu
tanda (mungkin untuk Israel). Tanda terakhir ini, “tanda nabi Yunus”
kematian Yesus, penguburan, dan kebangkitan akan menjadi bukti kuat
bahwa Dia adalah Mesias.
Ada pelajaran kedua dalam kitab Yunus untuk Israel
masa Yesus. Orang Niniwe langsung bertobat saat Yunus berkotbah,
walaupun lebih sedikit bukti dibanding dengan orang Israel saat Yesus
saksikan. Dan dibandingkan dengan Yesus, Yunus tidak sepenting atau
hebat dalam berkotbah. Jika orang Niniwe bisa bertobat dengan bukti yang
sedikit, maka pastilah masalah pemimpin Yahudi, Farisi bukan kurangnya
bukti. Masalahnya sama sekali bukan pada tanda atau bukti, yang bisa
diselesaikan dengan mengadakan tanda. Masalah orang Farisi dan ahli
Taurat sama dengan Yunus, dan tidak ada tanda yang bisa mengubah
penolakan mereka.
Saya menolak pandangan atas dasar pengajaran Yunus
dan Tuhan kita, melihat “tanda nabi Yunus” bersisi dua. Tanda 3 hari
Yunus ada diperut ikan dan kemudian dikeluarkan dalam keadaan hidup.
Juga tanda kekerasan hati Yunus terhadap ajaran Tuhan, walaupun pesannya
sangat jelas, dimana pesan itu juga diterima dan ditaati oleh non
Yahudi.
Yesus menggunakan pertobatan orang Niniwe dalam
Matthew pasal 12 menerima dan meneguhkan kesan yang kita dapatkan. Dia
meneguhkan kenyataan bahwa orang Niniwe percaya Tuhan walaupun sedikit
bukti. Hati yang terbuka pada firman dan kehendak Tuhan sangat cepat
mengenali dan taat. Hati yang kurang terbuka – seperti kasus hati Yunus –
tidak menerima pesan itu, walaupun sangat jelas.
Kemarahan Yunus pada Tuhan
Kalau Yunus seperti nabi dalam sejarah Israel, maka
dia pasti bersukacita dengan hasil pelayanannya, pertobatan kota besar
Niniwe. Dalam seluruh sejarah Israel, para nabi gagal menobatkan bangsa
kepada Tuhan, dan dittolak bahkan dibunuh oleh bangsanya. Seperti
Stefanus, “nabi mana yang tidak kamu aniaya?” (Kis 7:52a).
Selain sukacita pertobatan dan keselamatan orang
banyak, dimana nabi seperti dia akan bersukacita, Yunus malah marah
kepada Tuhan: “Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu
marahlah ia” (4:1). Kenapa Yunus sangat marah pada Tuhan ? Yunus tidak
malu menjelaskannya, dan dia mendoakan protesnya:
Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: Ya TUHAN,
bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah
sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu,
bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar
dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang
hendak didatangkan-Nya. Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya
nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup. (Jon. 4:2-3).
Kemarahan Yunus sangat luar biasa. Perhatikan kenapa dia marah.
(1) Yunus marah pada Tuhan. Pada akhirnya
Yunus tidak marah pada dirinya, atau manusia, tapi pada Tuhan yang
kudus, benar, dan sempurna. Kemarahan Yunus sangat kuat sehingga dia
lebih baik mati daripada hidup. Waktu pasal 2 dia ingin hidup sekarang
dia ingin mati (4:3).
(2) Yunus marah pada Tuhan karena Dia bertindak sesuai dengan karakterNya, dan sesuai dengan harapan Yunus.
(3) Yunus marah pada Tuhan, memprotes atribut Tuhan dimana pemazmur memuji Dia. Pemazmur memuji Dia untuk kasih setia, anugrah, berkat, dan belas kasihan (cf. Ps. 86:5, 15), tapi untuk Yunua hal ini menjadI dasar protesnya daripada pujian.
(4) Yunus marah pada Tuhan karena Dia menunjukan anugrah terhadap orang Niniwe. Pertanyaan
Tuhan pada Yunus seharunya menegur nabi tidak taat ini. Itu seharusnya
mendapat perhatian Yunus akan keberdosaannya marah pada Tuhan. Siapa
yang tahan kemarahan kudus Tuhan yang kudus dan sempurna? Lebih jauh,
teguran lembut Tuhan seharusnya mengingatkan Yunus kalau Dia tidak hanya
murah hati pada Niniwe tapi juga pada Yunus. Tentu saja, orang Niniwe
bertobat, Yunus tidak. Yunus berkeras dalam pemberontakannya.
Tumbuhan dan sang nabi
Karena kekerasan Yunus dalam kemarahannya pada
Tuhan, Tuhan membuat suatu pengalaman yang bisa menunjukan akar masalah
nabi yang nakal ini. Ini dilakukan dengan memberikan dan mengambil suatu
tumbuhan, yang memberikan kenyamanan bagi Yunus.
Sepertinya 40 hari sudah lewat, tapi penghukuman
Tuhan tidak dijatuhkan atas kota Niniwe. Ini tidak mengejutkan bagi
pembaca, tapi merupakan kekecawaan besar bagi Yunus. Yunus keluar dari
kota, kesuatu tempat dimana dia bisa melihat kehancuran Niniwe, mungkin
badai api atau hujan batu seperti yang menimpa Sodom dan Gomora.
Disitulah Yunus sebagai pengamat terjadinya kehancuran, ingin melihatnya
seperti orang Romawi berkumpul di Coliseum melihat orang Kristen
dimakan singa.
Tuhan menumbuhkan tanaman, memberikan perteduhan yang memberikan Yunus rasa nyaman (4:6). Untuk pertama kali, Yunus dikatakan gembira,
sangat gembira, akan kehadiran tanaman ini. Kegembiraannya sangat
singkat, karena hari berikutnya Tuhan memerintahkan ulat melakukan
tugasnya, yang mengakibatkan kehancuran tanaman. Ketika anda berhenti
memikirkannya, Yunus seharusnya lebih mudah diidentifikasikan seperti ulat daripada tanaman.
Dia seperti ulat, terlihat puas dengan kehancuran ciptaan Tuhan
daripada mendatangkan kesenangan, seperti tanaman membawa keteduhan dan
kesenangan bagi Yunus.
Bersama dengan ulat, yang menghancurkan tanaman, Tuhan mengirim angin panas, yang membuat Yunus merasa sangat tidak nyaman. Sementara Yunus ingin Niniwe “dibakar” dia sendiri “dibakar” oleh panasnya angin
(4:8). Yunus tidak perlu ada disitu, dan tidak perlu menderita, tapi
dia berkeras tinggal. Sekali lagi dia memohon kematiannya pada Tuhan.
Yunus sekali lagi marah pada Tuhan, sekarang
karena tanaman dan ulat. Untuk kedua kali Tuhan menantang Yunus
mempertimbangkan kemarahannya: Layakkah engkau marah karena pohon jarak
itu? (4:9). Dengan maksud yang tidak jelas, Yunus mengutarakan kembali
haknya untuk marah pada Tuhan: Selayaknyalah aku marah sampai mati.
(4:9).
Tuhan berkata terakhir kali dalam Kitab Yunus. PerkataanNya yang terakhir merupakan inti hal ini:
Lalu Allah berfirman: Engkau sayang kepada pohon jarak
itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak
engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu
malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang
besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang,
yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan
ternaknya yang banyak? (4:10-11).
Berdasarkan adanya tanaman setidaknya terdapat dasar
yang sama antara Tuhan dan Yunus. Yunus memiliki rasa sayang pada
tanaman itu; Tuhan memiliki rasa sayang pada manusia. Rasa sayang Yunus
seperti mazmurnya sangat rendah. Tuhan sekarang menunjukan maksudNya,
untuk menunjukan sifat berpusat diri sendiri dari rasa sayang Yunus,
terutama dibandingkan dengan rasa sayangNya pada orang Niniwe. Pertimbangkan beberapa perbedaan antara rasa sayang Yunus terhadap tanaman dan rasa sayang Tuhan pada manusia.
(1) Yunus iba pada tanaman; Tuhan iba pada manusia.
Yunus ingin seluruh kota hancur, walaupun ada korban yang tidak
bersalah, didalamnya 120.000 orang dan banyak ternak. Ternak dan manusia
menderita. Tidak ada bukti tanaman seperti itu. Yunus iba pada tanaman
tidak pada manusia atau ternak mereka.
(2) Yunus iba pada tanaman, yang tidak dia tanam;
Tuhan iba pada manusia yang Dia ciptakan, dan Dia persiapkan dan
janjikan berkat. Yunus tidak memiliki hubungan nyata dengan tanaman.
Dia tidak menciptakannya, juga tidak menumbuhkannya. Tuhan menciptakan
manusia, dan Dia pencipta semua mahluk. Tuhan peduli terhadap
ciptaanNya, sehingga Dia ingin memberkatinya melalui keturunan Abraham,
sehingga Dia mengirim AnakNya yang tunggal untuk mati bagi manusia.
Yunus iba pada sesuatu yang tidak dikerjakannya.
(3) Yunus iba karena tanaman mati; Tuhan iba karena manusia akan mati selamanya.
Yunus iba pada tanaman yang hanya ada satu hari. Tarulah tanaman itu
bisa hidup satu tahun, atau lebih lama. Tapi penghukuman manusia itu
kekal. Matinya tanaman tidak memiliki arti nyata; kematian orang Niniwe
merupakan curahan murka Ilahi. Penghukuman kekal dan kehancuran manusia
lebih penting dari tanaman mati.
(4) Tuhan iba pada yang tidak bersalah; Yunus tidak.
Dia senang melihat orang tidak bersalah hancur bersama yang bersalah.
(ingat, keturunan Niniwe yang menawan Israel) Satu hal orang jahat
menderita karena dosa mereka, tapi hal berbeda dengan orang tidak
bersalah menderita bersama dengan yang jahat.
(5) Yunus iba pada diri sendiri; Tuhan iba pada orang lain.
Iba Yunus tidak hanya pada tanaman, tapi pada apa yang dilakukan
tanaman bagi dirinya. Tanaman itu membuat dirinya nyaman. Kalau tanaman
tidak membuatnya nyaman, dia tidak iba sama sekali. Iba Yunus sangat
berpusat pada diri sendiri. Dia hanya peduli pada diri sendiri tidak
pada yang lain. Sebaliknya Tuhan peduli pada manusia, orang berdosa dan
yang menyerang Dia.
Tanaman dan Maksud
Untuk waktu lama, saya pikir akar masalah Yunus
adalah egois, yaitu dia ingin anugrah Tuhan bagi dirinya dan Israel tapi
tidak bagi yang lain terutama Niniwe. Saya sekarang berpendapat
keegoisan Yunus hanya gejala. Kesedihan utama Yunus dengan Tuhan adalah
anugrahNya. Natur dari anugrah menjijikan Yunus. Mari kita perhatikan
karakteristik anugrah Tuhan yang membuat nabi tidak taat.
(1) Natur dan Asal Mula Anugrah. Natur atau
inti anugrah adalah ketidaklayakan – berkat bagi yang tidak layak. Asal
atau sumber anugrah adalah Tuhan. Yunus tidak suka anugrah karena itu
sesuatu yang tidak layak bagi siapapun. Seorangpun tidak bisa merasa
layak karena itu diberikan tanpa alasan apapun. Sederhananya, Yunus
tidak suka anugrah karena itu pemberian Cuma-cuma.
(2) Penerima Anugrah. Penerima Anugrah,
adalah yang tidak layak menerimanya. Yunus tidak ingin melihat dirinya
tidak layak. Intinya, Yunus menderita kesombongan ras. Dia merasa
sebagai orang Israel, Tuhan bertanggung jawab memberkati umatNya. Orang
Niniwe, tidak layak, itulah kenapa Yunus protes kenapa anugrah diberikan
pada mereka.
(3) Pembagian Anugrah. Anugrah, karena tidak
ada yang layak menerimanya tapi diberikan, maka tidak ada yang bisa
mengklaim hal itu. Maka tidak ada orang yang merasa layak menerima itu,
bisa memaksa Tuhan memberikan anugrah. Karena anugrah tidak diberikan
atas dasar kelayakan, maka dengan kedaulatan itu diberikan sesuai
kehendakNya. Seperti kata Tuhan, “Aku akan memberi kasih karunia kepada
siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.” (Exod. 33:19).
(4) Tujuan Anugrah. Tujuan dari anugrah,
adalah kekudusan bukan kesenangan. Tanaman yang Tuhan berikan pada Yunus
membuat dia “sangat gembira” dalam (4:6), tapi itu tidak membuat dia
menjadi kudus. Maka dari itu Tuhan mengambil tanaman itu. Anugrah tidak
diberikan untuk menggembirakan kita, membuat kita merasa enak,
menyenangkan kita, tapi membawa kita pada persekutuan denganNya.
(5) Cara Anugrah. Jika tujuan anugrah untuk
membuat kita kudus, maka cara anugerah tidak hanya yang menyenangkan
tapi juga penderitaan sehingga kita berbalik dari dosa kita kepada Dia.
Jika kita jujur pada diri kita dan dengan Tuhan, dan jika kita membaca
Alkitab kita dengan sungguh-sungguh, kita menemukan pertumbuhan rohani
kita lebih tinggi saat kita dalam penderitaan daripada senang.
Pikirakan tentang Yunus sebagai contoh. Tuhan
menjawab doa Yunus sehingga Dia menyelamatkannya dari tenggelam, tapi
tidak dengan cara yang menyenangkan. Tuhan menyelamatkan Yunus melalui
ikan dan Yunus ada dalam perut ikan selama 3 hari 3 malam. Dimuntahkan
keluar bukan hal yang membanggakan, tapi itu yang terbaik baginya.
Demikian juga dengan perteduhan tanaman. Tuhan tidak berjanji terhadap
kesenangan kita tapi kesungguhan kita. Maka dari itu Dia menggunakan
pengalaman pahit untuk menguduskan kita. Penderitaan ini, seperti yang
menyenangkan, merupakan pemberian anugrah Tuhan. Anugrah sering dialami
saat yang paling tidak menyenangkan.
Ini menjelaskan semua yang dilakukan Tuhan, demikian
juga kenapa Yunus tidak menyukainnya. Tuhan memberikan anugrah
keselamatan kepada orang Niniwe yang tidak layak karena anugrah
diberikan kepada yang tidak layak. Seperti, karena anugrah diberikan
berdasarkan kedaulatan Tuhan, Tuhan bisa menyediakan tanaman bagi Yunus
dan kemudian mengambilnya kembali.
Karena 2 karekteristik anugrah, Yunus tidak ingin
menjadi bagian dari itu, dan kemudian menjadi bagian dari hidup. ANUGRAH
BAGI YUNUS, TIDAK DISUKAI DAN MENYINGGUNG DIA. Sangat mudah melihat
kenapa Yunus menolak kenyataan Tuhan memberi anugrah pada orang Niniwe,
tapi bagaimana bisa dikatakan Yunus merendahkan anugrah walaupun sudah
ditunjukan pada dirinya? KARENA ANUGRAH DIBERKAN PADA YANG TIDAK LAYAK,
DAN YUNUS TIDAK MAU MENGAKUI DIA TIDAK LAYAK MENERIMA ANUGRAH TUHAN.
Bagaimana nabi memprotes anugrah pengampunan orang
Niniwe? Hanya percara berkat Tuhan bagi yang layak. Bagaimana bisa
seorang nabi protes saat Tuhan mengambil tanaman yang diberikanNya?
Hanya dengan menganggap dia layak menerima tanaman itu, berpikir kalau
Tuhan berhutang padanya memberikan tanaman itu.
Disini kunci seluruh kitab Yunus, dan dosa bangsa
Israel, yang menyebabkan umat Tuhan beranggapan Tuhan harus memberikan
berkat pada mereka dan menghukum musuh mereka. Yunus menolak prinsip
anugrah, menukarnya dengan doktrin usaha. AKAR MASALAH NABI INI ADALAH
MERASA DIRI BENAR. Orang yang merendahkan anugrah adalah orang yang
menganggap diri benar. Untuk merasa diri benar, anugrah itu Cuma-Cuma,
yang merendahkan penerima.
Hal yang dilupakan Yunus adalah pemilihan Tuhan atas
Israel dan berkatNya pada Israel ats dasar anugrah semata, bukan karena
Israel layak.
6 Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu;
engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas
muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya. 7 Bukan karena lebih banyak
jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan
memilih kamu--bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? --
8 tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah
diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu
keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan,
dari tangan Firaun, raja Mesir. 9 Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa
TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian
dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan
berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan, 10
tetapi terhadap diri setiap orang dari mereka yang membenci Dia, Ia
melakukan pembalasan dengan membinasakan orang itu. Ia tidak bertangguh
terhadap orang yang membenci Dia. Ia langsung mengadakan pembalasan
terhadap orang itu. (Ul 7:6-10, emphasis mine).
Perhatikan kata “kasih setia” yang ada di ayat 9
diatas, karena inilah dasar kebaikan Tuhan pada Israel, juga pada orang
Niniwe (Jon. 4:2).
Tuhan memperingatkan orang Israel bahwa ketika
mereka masuk tanah Kanaan dan mengalami berkatNya, berkat anugrahNya,
mereka cenderung menyombongkan kemakmuran mereka:
11 Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN,
Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan
ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; 12 dan supaya,
apabila engkau sudah makan dan kenyang, mendirikan rumah-rumah yang baik
serta mendiaminya, 13 dan apabila lembu sapimu dan kambing dombamu
bertambah banyak dan emas serta perakmu bertambah banyak, dan segala
yang ada padamu bertambah banyak, 14 jangan engkau tinggi hati, sehingga
engkau melupakan TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah
Mesir, dari rumah perbudakan, … 17 Maka janganlah kaukatakan dalam
hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku
memperoleh kekayaan ini. 18 Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN,
Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh
kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya
dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini. (Uleronomy 8:11-14, 17-18, emphasis mine).
Jika ini tidak cukup memperingatkan Tuhan
melanjutkan peringatan terhadap Israel karena kesombongan kesuksesan
mereka, yang diberikanNya atas anugrahNya:
Janganlah engkau berkata dalam hatimu, apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah
TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena kefasikan
bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu. Bukan karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu
engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan
bangsa-bangsa itulah, TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu,
dan supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada
nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub. Jadi ketahuilah, bahwa
bukan karena jasa-jasamu TUHAN, Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang
baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk!
(Ul. 9:4-6, emphasis mine).
Yunus, dan orang Israel, lupa bahwa berkat Tuhan
adalah anugrah semata, bukan karena kelayakan Israel atau lebih tinggi
dari nonYahudi. Mereka juga melupakan kalau Tuhan berjanji memberkati
bangsa lain melalui Israel: “dan dalam engkau semua keluarga dibumi akan
diberkati” (Gen. 12:3b).
Nubuat Yunus pada bangsa Israel yang ditulis dalam 2
Raj, adalah janji kemakmuran, disamping dosa bangsa itu. Tuhan berjanji
memakmurkan Israel, tidak karena kesalehan mereka, selain dari dosa
mereka. Mari lihat kembali nubuat ini.
Dalam tahun kelima belas zaman Amazia bin Yoas, raja
Yehuda, Yerobeam, anak Yoas, raja Israel, menjadi raja di Samaria. Ia
memerintah empat puluh satu tahun lamanya. Ia melakukan apa yang jahat
di mata TUHAN. Ia tidak menjauh dari segala dosa Yerobeam bin Nebat,
yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula. Ia mengembalikan daerah
Israel, dari jalan masuk ke Hamat sampai ke Laut Araba sesuai dengan
firman TUHAN, Allah Israel, yang telah diucapkan-Nya dengan perantaraan
hamba-Nya, nabi Yunus bin Amitai dari Gat-Hefer. Sebab TUHAN telah
melihat betapa pahitnya kesengsaraan orang Israel itu: sudah habis
lenyap baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya, dan tidak ada
penolong bagi orang Israel. Tetapi TUHAN tidak mengatakan bahwa Ia akan
menghapuskan nama Israel dari kolong langit; jadi Ia menolong mereka
dengan perantaraan Yerobeam bin Yoas. (2 Raj 14:23-27, emphasis mine).
Raja Israel jahat demikian juga dengan orangnya.
Kemakmuran yang dikatakan Yunus tidak berkaitan dengan kerohanian, tapi
karena dosa mereka. Berkat yang dijanjikan atas dasar anugrah.
Yunus juga penerima anugrah Tuhan, dan anugrah
semata Yunus bisa protes pada Tuhan, bahkan sampai dia memilih mati.
Yunus diselamatkan melalui ikan besar, dan keluarnya dari ikan semata
anugrah. Demikian juga dengan pemberian tanaman, yang memberikan dia
keteduhan dan kenyamanan. Mungkin anugrah terbesar Tuhan bagi Yunus
adalah cara Tuhan berespon terhadap pemberontakannya. Betapa mudah kita
membayangkan Tuhan membakar Yunus sampai renyah melalui kilat yang
tiba-tiba!
Yunus mewakili Israel dimana dia tidak lagi melihat
berkat Tuhan sebagai wujud anugrah Tuhan bagi orang yang tidak layak,
tapi Dia seharusnya memberkati orang benar. Tidak heran Yunus
merendahkan anugrah Tuhan. Dia tahu kalau anugrah diberikan dalam
ketidaklayakan, dan dia serta Israel tidak memerlukan pertolongan Ilahi.
Kesombongan dan rasa layak Yunus dan Israel terlihat jelas. Alasan
penawanan Israel oleh Asiria sekarang jelas.
Kitab Yunus tidak berakhir dengan baik dan rapi,
dengan perasaan “hidup bahagia selamanya” Jauh dari itu. Kita
ditinggalkan dengan perkataan terakhir Tuhan pada Yunus, kata teguran.
Kita tidak pernah diberitahu apakah Yunus bertobat. Menurut saya
alasannya sederhana. Karena tidak ada solusi akhir dari dosa merasa diri
benar dan keras kepala bangsa Israel disamping perjanjian baru dan
kedatangan Mesias, Yesus Kristus. Kesimpulan Kitab Yunus tepat, karena
itu menggambarkan jalan buntu antara Israel dan Tuhan mereka yang tetap
ada saat Kristus ada dan sampai sekarang. Kitab terakhir dari PL,
Maleaki, menuliskan perlawanan Israel terhadap perkataan Tuhan menegur
dosa mereka:
Ucapan ilahi. Firman TUHAN kepada Israel dengan perantaraan Maleakhi. Aku mengasihi kamu, firman TUHAN. Tetapi kamu berkata:
Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami? Bukankah Esau itu kakak
Yakub? demikianlah firman TUHAN. Namun Aku mengasihi Yakub, (Mal. 1:1-2, emphasis mine).
Pada akhirnya, kekerasan hati akan ada sampai
Pergolakan Besar dan kedatangan Mesias keduakali menghancurkan kekerasan
hati, kesombongan umat pilihanNya, yang akhirnya diselamatkan bukan
karena kelayakan mereka tapi karena anugrahNya.
Pembenaran Diri Yunus dan Orang Israel Masa Yesus
Yunus tidak hanya mewakili keadaan rohani bangsa
Israel saat itu, dia juga menggambarkan pembenaran diri sebagian besar
orang Israel, terutama pemimpin rohani, saat kedatangan Yesus pertama
kali. Ketika Tuhan kita lahir, bukan orang punya jabatan kerohanian yang
diberitahu, tapi yang rendah dan hina (cf. Luke 2). Ini dilihat dalam diri Maria (Luke 1:46-55). Kedatangan Kristus untuk nonYahudi (Luke 2:31-32), juga untuk Yahudi, dan juga orang majus tahu kelahiranNya dan memuji Dia (Matt. 2:1ff.).
Pendahuluan pelayanan Tuhan kita dalam Luke pasal 4 (esp. vv. 16-21)
menunjukan penekanan kedatangan Kristus untuk yang miskin dan tertindas.
Kotbah diBukit memberikan bukti yang mirip tentang anugrah Tuhan.
Ketika Yesus memulai pelayananNya, sebagian besar
waktu dan tenagaNya diberikan pada orang berdosa, yang menimbulkan
reaksi pemuka agama Israel, ahli taurat dan Farisi:
Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi
melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu,
berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: Mengapa Ia makan bersama-sama
dengan pemungut cukai dan orang berdosa? (Mark 2:16).
Kenapa ahli Taurat dan Farisi tersinggung dengan
kenyataan Yesus menghabiskan lebih banyak waktu denan orang berdosa
daripada mereka? Alasan yang sama dengan kemarahan Yunus pada Tuhan.
Pemimpin agama merasa mereka layak mendapatkan waktu dan kehadiran
Yesus, dan orang berdosa tidak bernilai dan layak mendapat murka Tuhan
(cp. Yoh 8:2-11). Mereka merendahkan nonYahudi bahkan kebanyakan orang
Israel (cf. Yoh 7:49).
Kenapa ahli taurat dan Farisi bereaksi sangat kuat
terhadap pengajaran Yesus ? Karena Dia menunjuk mereka sebagai orang
berdosa, dan mereka tidak ingin mengakui itu. Mereka membenarkan diri.
Maka dari itu mereka menolak Mesias dan merencanakan membunuhNya diatas
salib Romawi.
Bahkan murid Tuhan, seperti Yunus, ingin melihat orang berdosa mati ditangan Tuhan:
52 ….. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang
Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. 53 Tetapi
orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya
menuju Yerusalem. 54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes,
melihat hal itu, mereka berkata: Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami
menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka? (Luke 9:52b-54).
Setelah kematian, penguburan, kebangkitan dan
kenaikan Tuhan kita, orang Yahudilah yang menentang penyebaran injil
(cf. Kis 22:19-23). Bahkan orang Kristen Yahudi sulit memberitakan injil
pada nonYahudi (cf. Kis 10-11, esp. 11:19). Karena beberapa orang
Kristen Yahudi merasa lebih baik dari orang percaya yang nonYahudi,
mereka memisahkan diri mereka atau mereka memaksa nonYahudi mengikuti
aturan mereka (e.g. Kis 15:1; Gal. 2:11ff.). Sebenarnya pembenaran diri Yunus mewakili kecenderungan diantara orang Israel yang terus berlanjut selama berabad-abad.
Kesimpulan
Kitab Yunus banyak berbicara pada orang Kristen abad
20, juga kepada bangsa Israel segala zaman. Biarlah saya
menyimpulkannya dengan menunjukan beberapa aplikasi untuk masa kini.
(1) Perbuatan Tuhan pada manusia selalu atas dasat anugrahNya, bukan usaha manusia. Dispensationalists
(salah satunya saya) harus hati-hati agar tidak terlalu menekankan
perlakuan Tuhan masa sekarang karena anugrah dan terhadap orang diPL
dengan cara yang lain. Perbedaan masa sekarang sebagai masa anugrah
cenderung menunjukan Tuhan memperlakukan manusia lain dengan PL. Yunus
salah karena dia melupakan atau mengesampingkan prinsip anugrah. Tuhan
selalu memperlakukan manusia atas prinsip anugrah. PL dan perjanjian
yang beru hanya membuat Tuhan lebih leluasa memberikan anugrahNya. Kita
jangan melihat perbuatan Tuhan dimasa lalu kurang beranugrah.
(2) Menolak anugrah Tuhan sehebat dan juga dosa umum seperti masa Yunus.
Orang Kristen menjadi marah pada Tuhan sekarang ini, dengan alasan yang
sama salahnya dengan Yunus. Kita tidak hanya seterbuka dan sejujur
Yunus dalam mengakuinya. Kapan orang Kristen marah pada Tuhan?
- Saat kita pikir kita patut mendapat sesuatu dari Tuhan dan kita menganggap Dia bersalah kalau tidak membarikan itu.
- Saat kita pikir seseorang tidak layak, dan kita marah pada Tuhan karena memberkati mereka..
- Saat Tuhan mengambil berkat kita, dimana kita pikir Dia tidak punya hak mengambilnya.
- Saat kita membenarkan diri kita.
Saya percaya pembenaran diri telah masuk kedalam
komunitas orang Kristen diAmerika. Orang Amerika cenderung menyombongkan
kemakmuran mereka. Kita percaya bahwa kita diberkati karena kepintaran
kita, kecerdikan kita, kerja keras kita, dan ketaatan kita pada Tuhan.
Sebaliknya kita memberi alasan saat membagi kekayaan dengan yang lain
dengan meyakinkan diri kita bahwa bangsa lain menderita karena
ketidakbenaran mereka. Maka dari itu bangsa India banyak kemiskinan dan
kelaparan, kami meyakinkan diri kita bahwa kemiskinan mereka adalah
hasil dari pemujaan sapi. Sederhana kan? Tapi akhirnya itu semua adalah
pembenaran diri.
Beberapa orang Kristen saat ini melihat kesembuhan
Ilahi sebagai hasil kebenaran mereka daripada anugrah Tuhan. Saya tidak
ingin berargumentasi apakah ada karunia menyembuhkan sekarang ini, saya
memastikan Tuhan memang menyembuhkan. Apa yang sangat saya tolak adalah
pendapat bahwa Tuhan harus menyembuhkan, kalau kita memiliki iman untuk
itu. Apakah kesembuhan ilahi merupakan berkat anugrah Tuhan? Jika ia,
maka hal itu bukan karena kelayakan bahkan dengan iman sekalipun. Apakah
kesembuhan adalah anugrah ? Maka Tuhan bebas memberikannya pada siapa
yang Dia pilih, bagi yang percaya maupun yang tidak, dan Dia bebas
mengambilnya tanpa minta ijin. Kita tidak bisa menuntut anugrah, atau
protes ketika kita tidak menerimanya (ingat tanaman Yunus).
Mari kita ingat, bahwa anugrah Tuhan tidak selalu
datang dalam bentuk yang kita inginkan. Tuhan sangat murah hati pada
Yunus, menyelamatkan dia melalui ikan besar. Apakah Yunus bisa memilih
bentuk anugrah yang akan diberikan Tuhan, untuk tidak dalam bentuk perut
ikan. Tuhan murah hati pada anakNya memurnikan mereka, mendatangkan
penderitaan dan kesulitan kedalam hidup mereka, seperti yang
dilakukannya dalam sejarah Israel. Kesulitan merupakan anugrah demikian
juga dengan kemakmuran. Ingat kata-kata bahagia diKothbah diBukit!
Ayub mengerti bahwa Tuhan baik dan murah hati,
apakah Dia memberikan kemakmuran atau mengambilnya, apakah Dia
memberikan kesenangan atau kesakitan. Maka dari itu, ketika dia menerima
berita kehilangan keluarga dia menjawab, “Tuhan yang memberi, Tuhan
yang mengambil. Terpujilah nama Tuhan” (Job 1:21).
Kegagalan, penderitaan, dan kesulitan sering hasil
dari anugrah Tuhan karena saat hal ini masuk kedalam hidup orang Kristen
mereka bertujuan menunjukan anugrah Tuhan bagi kita, orang lain, dan
bahkan seluruh penghuni surga.
Prinsip anugrah, dimana kita diselamatkan, merupakan
aturan perbuatan Tuhan dalam hidup kita, baik dia menunjukannya dalam
kemakmuran atau saat penderitaan, dengan menopang kita dan mendekatkan
kita pada hunungan yang lebih dekat dan dalam denganNya.
Prinsip anugrah juga mengatur hubungan kita dengan
yang lain. Seperti Tuhan murah hati pada kita, kita juga harus murah
hati pada yang lain, terutama yang tidak layak: orang yang jahat dan
musuh kita, yang menindas dan yang memanfaatkan kita. Hanya dengan
menunjukan anugrah kepada yang lain kita menunjukan anugrah Tuhan abgi
kita.
(3) Kitab Yunus memberitahu kita tentang penginjilan dan kebangkitan rohani, yang sangat kita butuhkan.
Saya percaya kitab Yunus memberitahu kita bahwa elemen berikut
dibutuhkan untuk kebangkitan rohani. Ini bukan hanya untuk kebangkitan
rohani namun penting untu semua:
Kebangkita membutuhkan orang-orang yang mau pergi dan memperingatkan yang terhilang akan murka Tuhan atas orang berdosa. Pengakuan dosa dan motivasi ingin diselamatkan harus berakar dari pernyataan fakta manusia berdosa, menghadapi murka Tuhan.
Kebangkitan membutuhkan pertobatan murni.
Terjadi kebangkitan dikota Niniwe karena manusia berbalik dari
perbuatannya yang jahat, tidak melakukannya lagi. Kebangkitan
membutuhkan pertobatan, dan pertobatan membutuhkan perubahan.
Lebih jauh, kitab Yunus memperhadapkan kita dengan
musuh utama penginjilan dan kebangkitan rohani – kesombongan diri,
merasa diri benar yang membenci anugrah Tuhan, menginginkan anugrah bagi
kita tapi tidak bagi orang lain. Kesombongan diri Israel, dan egoisme
yang menghalangi mereka membagikan berkat Tuhan kepada nonYahudi. Sama
seperti itulah, kesombongan diri, dan egoisme kita yang menghalangi kita
memberitakan keselamatan Tuhan bagi orang lain yang ingin bertobat dan
percaya pada AnakNya.
Bayangkan, sebagai contoh, Tuhan memanggil anda
untuk mengabdikan diri anda menemukan obat untuk AIDS, atau memberikan
hidup anda melayani korban AIDS.’ Tapi mereka pantas mati’ protes anda.
Faktanya banyak penderita AIDS tertular bukan karena kehendak mereka –
pasangan yang immoral, transfuse darah yang sudah terkontaminasi, bayi
yang orangtuanya sudah terkena AIDS….
Sebagian besar dari kita seperti Yunus. Kita ingin
mengutuk semua orang yang menderita AIDS, walaupun banyak yang menjadi
korban. Yunus ingin, bahkan sangat ingin, melihat seluruh kota Niniwe
binasa, walaupun disana ada 120.000 anak kecil bersama dengan orang
jahat. (bagi Yunus, dosa mereka yang sebenarnya adalah menjadi
nonYahudi. Dan dengan standar dia, semua orang Niniwe harus binasa)
Kenyataan bahwa orang jahat bertobat atas dosa mereka saat nabi ini
menyatakan firman Tuhan di kota itu. Tuhan tidak hanya ingin
menyelamatkan yang tidak bersalah, tapi menyelamatkan yang bersalah.
Tidak dengan Yunus.
Semua orang berdosa harus mati (upah dosa adalah
maut), termasuk kita semua. Tidakkah menakjubkan dosa seksual
(setidaknya) sudah dikutuk orang Kristen, tapi kesombongan dan
pembenaran diri sering ditoleransi dan seringkali dipuji (sebagai citra
diri yang baik). Kita harus ingat bahwa Tuhan datang mencari dan
menyelamatkan yang hilang – mereka yang merasa diri benar seperti
pemimpin rohani direndahkan dan dibiarkan. Selain anugrah keselamatan
ini, kita semua orang berdosa, yang pantas dimurkai Tuhan dan harus
dienyahkan dari hadapan Tuhan yang kudus dan benar. Seharusnya mereka
yang menerima anugrah Tuhan mencari dan menunjukan anugrah itu pada yang
lain.
(4) Anugrah Tuhan menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus.
Anugrah Tuhan telah dinyatakan pada manusia dalam pribadi Yesus
Kristus, yang menjanjikan semua yang percaya akan menerima anugrah hidup
kekal. Apa yang harus anda lakukan hanya mengakui anda memerlukannya,
bahwa anda orang berdosa yang tidak layak menerima berkat Tuhan, dan
menerima anugrah dalam Kristus. Melalui iman dalam Yesus Kristus dosa
kita diampuni dan kita dinyatakan benar dihadapan Tuhan. Melalui iman
dalam Kristus kita menerima anugrah hidup kekal.
Tidak ada kata yang lebih baik untuk meringkas
kebaikan Tuhan daripada kata anugrah. Yesus Kristus merupakan anugrah
Tuhan yang menjadi manusia, diberikan pada manusia (cf. Yoh 1:14, 17; 2 Tim. 1:9; 2:1; Titus 2:11). Keselamatan adalah anugrah Tuhan bagi manusia berdosa, pengampunan dosa dan pemberian hidup kekal (cf. Kis 14:13; 20:24, 32; Romans 1:5; 3:24; Ephesians 2:8; Colossians 1:6; Titus 3:7; 1 Peter 5:12). Kita bertumbuh dalam dan oleh anugrah Tuhan (2 Peter 3:18; Hebrews 13:9). Kita dalam kekekalan aman dalam anugrah Tuhan (Romans 5:12). Saat kita berdoa kita menghadap “tahta anugrah” (Heb. 4:16). Saat kita melayani, kita melayani dengan anugrah (Eph. 4:7ff.; 1 Peter 4:10), dan kita hidup oleh standar anugrah (Ephesians 4:29; Colossians 4:6).
Biarlah anugrah Tuhan bernilai bagi anda, dasar bagi pujian anda kepada Tuhan, bukan protes seperti Yunus.
16 Kata “dihancurkan” memiliki konotasi kuat bagi Yunus/ Istilah itu digunakan berkaitan dengan kehancuran Sodom dan Gomora (Gen. 19:21, 25, 29). Itu juga digunakan dalam gambaran puisi penghancuran Mesir di Keluaran (Ex. 15:7).
Itu juga digunakan dalam Uleronomy 29:23 berkaitan dengan peringatan
Tuhan akan penghukuman umatNya Israel, jika mereka membuang hukumNya.
Cf. also 2 Sam. 10:3; 1 Taw. 19:3.
17
“Sebelum Yunus sampai dikota ini, 2 bencana terjadi disini (di 765 dan
759 B.C.) dan gerhana matahari total muncul di June 15, 763. Ini dilihat
sebagai tanda kemarahan ilahi dan menjelaskan kenapa orang Niniwe
berespon dengan cepat terhadap pesan Yunus sekitar 759.” Yoh Hannah, The Bible Knowledge Commentary (Wheaton: Victor Books, 1985), Vol. 1, Old Testament, p. 1462.
Memberi DenganTulus Part I
Alkitab berkata, "Berilah
dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang
digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu.
Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38)
Allah ingin memberkati Anda dan memakmurkan Anda dalam keuangan Anda dan di semua bidang kehidupan Anda, tetapi ada prinsip rohani yang harus kita ikuti dalam menaati dan memberikan sehingga berkat-berkat Tuhan akan tercurah atas kita!
Allah ingin memberkati Anda dan memakmurkan Anda dalam keuangan Anda dan di semua bidang kehidupan Anda, tetapi ada prinsip rohani yang harus kita ikuti dalam menaati dan memberikan sehingga berkat-berkat Tuhan akan tercurah atas kita!
Dalam Maleakhi 3:10, Tuhan berkata, "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan."
Persepuluhan adalah kunci untuk berkat-berkat keuangan. Sering kali, kita ingin menerima bagian terakhir, bagian melimpah! Dan Tuhan juga ingin memberikan kita kelimpahan ! Tapi kita harus setia dan patuh dengan bagian pertama, yakni memberi.
Ketika kita patuh, yang diwujudnyatakan dengan tindakan iman kita; Lagipula, iman tanpa perbuatan adalah mati, dan itu iman kita yang menyenangkan Allah.
Ketika kemerosotan keuangan datang, tidak menjadi alasan untuk berhenti dan memberikan persepuluhan. Pada kenyataannya, kita telah belajar bahwa Tuhan tidak akan pernah tidak mencurahkan berkatNYA bagi kita.
Jika Anda tidak memberikan 10% pertama dari penghasilan Anda untuk Tuhan, Alkitab mengatakan bahwa Anda merampok Tuhan dan diri Anda sendiri karena walaupun Anda memiliki benih tapi Anda tidak akan panen. Tetapi ketika Anda menabur perpuluhan Anda kepada Tuhan, Anda dapat mengharapkan panen yang melimpah dalam keuangan Anda.
Jika Anda telah berhenti memberikan persepuluhan untuk alasan apapun, maka saya mendukung Anda untuk bertobat dan menaati Allah. Tuhan ingin memberkati kita, namun kita harus taat kepada-Nya.
Banyak Firman Tuhan yang menjelaskan tentang hal ini. silahkan Anda untuk mempelajarinya sendiri!
Ulangan 14:22-23
"Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu."
"Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu."
Amsal 3:9-10
"Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."
"Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."
Maleakhi 3:10
"Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan."
"Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan."
Matius 23:23
"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan."
"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan."
2 Korintus 8:14
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."
2 Korintus 9:6-8
"Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
"Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
Hendaklah
masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih
hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi
dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia
kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu
dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
Ibrani 07:02
" Kepadanyapun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya...."
Gift of the Holy Spirit
A lot of Christians are sitting on
the greatest gift of all time and don’t know it. It is the gift of the Holy Spirit. Peter, one of
Jesus’ followers, said to a huge group of unbelievers, "Each of you must
repent of your sins and turn to God, and be baptized in the name of Jesus
Christ for the forgiveness of your sins. Then you will receive the gift of
the Holy Spirit” (Acts 2:38). Do you ever feel like being a Christian is
hard or like you just can’t do it? That’s a sign that you are missing out on
the full benefits of Holy Spirit.
I was just like that when I first became a Christian. I thought that I had to do all of these good things to please God; the problem is I couldn’t find the strength to do them! Then someone told me that the Holy Spirit gives you the power to do the things God wants you to do. After praying for God to fill me with His Spirit, my whole life changed. Suddenly I wanted to read the Bible; wanted to pray; and wanted to tell people about Jesus. I felt connected to God in a whole new way.
I was just like that when I first became a Christian. I thought that I had to do all of these good things to please God; the problem is I couldn’t find the strength to do them! Then someone told me that the Holy Spirit gives you the power to do the things God wants you to do. After praying for God to fill me with His Spirit, my whole life changed. Suddenly I wanted to read the Bible; wanted to pray; and wanted to tell people about Jesus. I felt connected to God in a whole new way.
Have you ever seen an old, dried up piece of leather? Once you put a few drops of oil on it, the leather becomes supple and beautiful again. That’s a picture of what the Holy Spirit does for you as a Christian. Read this verse slowly and insert your name in it: “To ________ who mourn in Israel, He will give a crown of beauty for ashes, a joyous blessing instead of mourning, festive praise instead of despair. In their righteousness, _________ will be like great oaks that the LORD has planted for his own glory” (Isaiah 61:3). This is what God wants to do for your life through filling you with His Spirit. He wants to take the dried up, old things of your past and replace them with beautiful, healthy things of His Spirit, like love, joy, and peace.
You just need to ask Him. Jesus said, “How much more will your Heavenly Father give the Holy Spirit to those that ask Him!” (Luke 11:13). Jesus wouldn’t have said that if He didn’t mean it. Take a minute right now and ask God to fill you with His Spirit. Ask Him to make you the Christian He wants you to be. You will never regret being filled with His Spirit. It’s the greatest gift of all time.
So this week, let us pray that:
I was just like that when I first became a Christian. I thought that I had to do all of these good things to please God; the problem is I couldn’t find the strength to do them! Then someone told me that the Holy Spirit gives you the power to do the things God wants you to do. After praying for God to fill me with His Spirit, my whole life changed. Suddenly I wanted to read the Bible; wanted to pray; and wanted to tell people about Jesus. I felt connected to God in a whole new way.
I was just like that when I first became a Christian. I thought that I had to do all of these good things to please God; the problem is I couldn’t find the strength to do them! Then someone told me that the Holy Spirit gives you the power to do the things God wants you to do. After praying for God to fill me with His Spirit, my whole life changed. Suddenly I wanted to read the Bible; wanted to pray; and wanted to tell people about Jesus. I felt connected to God in a whole new way.
Have you ever seen an old, dried up piece of leather? Once you put a few drops of oil on it, the leather becomes supple and beautiful again. That’s a picture of what the Holy Spirit does for you as a Christian. Read this verse slowly and insert your name in it: “To ________ who mourn in Israel, He will give a crown of beauty for ashes, a joyous blessing instead of mourning, festive praise instead of despair. In their righteousness, _________ will be like great oaks that the LORD has planted for his own glory” (Isaiah 61:3). This is what God wants to do for your life through filling you with His Spirit. He wants to take the dried up, old things of your past and replace them with beautiful, healthy things of His Spirit, like love, joy, and peace.
You just need to ask Him. Jesus said, “How much more will your Heavenly Father give the Holy Spirit to those that ask Him!” (Luke 11:13). Jesus wouldn’t have said that if He didn’t mean it. Take a minute right now and ask God to fill you with His Spirit. Ask Him to make you the Christian He wants you to be. You will never regret being filled with His Spirit. It’s the greatest gift of all time.
So this week, let us pray that:
- God will fill us with His Spirit
- We will experience the fruit of the Spirit in our lives
- God will pour out the Holy Spirit on all the staff and volunteers at Global Media Outreach
THANK YOU so much for your prayers. If we can pray for you, just hit
“reply” to this email and let us know your prayer requests. God loves you!
Subscribe to:
Posts (Atom)